Mitragalaksi.com, Pontianak, Kalbar. Sebanyak 5000 siswa SMA/SMK se-Kalimantan Barat bakal mengikuti Apel Siaga Kebangsaan yang diselenggarakan Institute Kajian Kebangsaan (Instan), Senin (6/9/2021) mulai pukul 07.00 WIB.
“Kegiatan ini kami dedikasikan untuk generasi Z atau yang lahir sekitar tahun 1995 hingga tahun 2010. Mereka adalah generasi setelah milenial yang sangat terbiasa dengan internet. Untuk itu, edukasi kebangsaan ini juga kita masuk melalui jejaring TI,” kata R. Rido Ibnu Syahrie, Presidium Institute Kajian Kebangsaan (Instan) kepada wartawan, Rabu (1/9/2021)
Selain para siswa SMA dan SMK juga para kepala sekolah SLTA yang ikut serta dalam apel siaga. Kegiatan itu dipimpin langsung inspektur apel virtual, Gubernur kalimantan Barat H. Sutarmidji dan komandan apel virtual Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalbar, Sugeng Hariadi. Kegiatan dapat diikuti melalui Zoom dengan ID 852 9905 2178 dengan passcode ‘apelsiaga’. Zoom tersebut berkapasitas 5000 peserta dan disiarkan melalui live streaming jejaring media sosial.
Dijelaskan Rido, peranan penting dari nilai kebangsaan adalah terbentuknya semangat nasionalisme dan patriotisme anak bangsa yang dilakukan sejak dini. Cara dan pola penerapan nilai kebangsaan di masa penjajahan tentu saja berbeda dengan era globalisasi 4.0 yang memanfaatkan teknologi informasi. Dahulu, mudah ditanamkan karena rasa cinta tanah air yang dihadapkan pada tantangan nyata dalam merebut kemerdekaan.
Baca Juga : Rekan – Rekan Pensiunan Bank Kalbar Adakan Kopi Morning Bersama.
Dulu, kata Rido, para pejuang kemerdekaan rela mempertaruhkan nyawa demi membebaskan Indonesia dari cengkeraman penjajah. Namun, di era saat ini bisa saja terkikis dan memudar akibat akses arus informasi yang begitu pesat. Sehingga sikap kebangsaan ini perlu ditanamkan melalui suatu sistem pembelajaran yang relevan, sekaligus untuk menepis dampak negatif dari penggunaan teknologi informasi.
“Pendidikan kebangsaan dapat diperoleh melalui pembelajaran di sekolah melalui mata pelajaran PPKn, sejarah, seni budaya, dan kegiatan gerakan pramuka. Namun, terkadang generasi Z atau yang lahir sekitar tahun 1995 hingga tahun 2010 banyak menganggap hal tersebut tidak kekinian,” ujar Rido.
Generasi Z, ujar dia, selalu mengandalkan teknologi dalam genggaman ini disebut juga internet generation (i-gen), mahir hal digital, percaya diri, menggunakan bahasa gaul, dan rasa ingin tahu sangat tinggi.
Dalam kondisi pandemi Covid-19 ini, lanjutnya, semakin memperparah ketergantungan siswa terhadap penggunaan teknologi akibat pembatasan belajar tatap muka secara langsung. Wajar apabila mereka yang masih berstatus murid SLTA lebih senang dan akrab dengan biografi artis ternama dunia dibandingkan sejarah para pahlawan nasional.
“Hal ini menjadi tantangan dalam penerapan nilai kebangsaan kepada penerus bangsa agar tetap bangga menjadi Indonesia dan cinta kepada tanah air. Belum lagi pengaruh budaya luar yang diperburuk kurangnya pengetahuan terhadap perjuangan para pahlawan,” kata Rido.
Ditegaskan Rido, kondisi tersebut sesungguhnya telah dipersiapkan upaya untuk menanggulanginya dengan rilis kebijakan bidang pendidikan yang terangkum dalam nawacita yakni penguatan pendidikan karakter terintregasi. Persoalan kebangsaan ini juga masuk dalam 5 nilai utama dalam Penguatan Pendidikan Karakter yaitu aspek nasionalisme (upacara bendera, apel pagi, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu nasional lainnya). Sebelumnya adalah aspek religius (keberimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa), gotong royong, integritas, dan mandiri.
Banyak tradisi kebangsaan yang cukup terhambat, terutama di masa pandemi. Padahal sejatinya upacara bendera setiap hari Senin dan pada peringatan Hari-Hari Besar Nasional. Setiap sekolah juga mengadakan Apel Pagi sebelum masuk memulai kegiatan belajar mengajar. “Dalam Apel Pagi itu menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan pengucapan Pancasila. Serta berbagai nasihat atau pengumuman-pengumuman dari pihak sekolah,” kata dia.
Dalam kegiatan tersebut juga ada extra event 30 menit sebelum apel siaga kebangsaan berupa pemaparan dari M. Hermayani Putera, Ketua Ikatan Alumni SMA Negeri 1 Pontianak terkait mengantisipasi ekses negatif dari penggunaan internet.
[ Reni/Agustami ]