Dedi Mulyadi : Pintu Gerbang Kota Singkawang Ibarat Menarik Benang Dalam Tepung, Benang Terurai Tepungnya Tidak Berserakan.

Dedi Mulyadi : Pintu Gerbang Kota Singkawang Ibarat Menarik Benang Dalam Tepung, Benang Terurai Tepungnya Tidak Berserakan.

Mitragalaksi.com, Singkawang, Kalbar. Singkawang ada tahun 1981 menjadi Kota Administratif Singkawang (PP Nomor 49 Tahun 1981), yang sebelumnya adalah bagian dan ibu kota dari wilayah Kabupaten Sambas (UU Nomor 27 Tahun 1959) dengan status Kecamatan Singkawang.

“Gerbang Kota” di jaman Kota Administratif (KOTIF) Singkawang, ini dibuat sebagai batas Kecamatan, juga sebagai “Gerbang Selamat Datang”. Saat Ini masih tetap kokoh berdiri dan Feasibility.

Relief di design dan dibuat sedemikian rupa penuh makna. Silakan dilihat, diresapi bahwa ada pesan2 moral disitu kepada generasi saat itu dan generasi sekarang.

Kalau wujud SINGKAWANG KOTA TERTOLERAN pada masa sekarang didapatkan, namun pesan di relief diantaranya itu.

Ini secara pribadi, saya ( Dedi Mulyadi – Panglima Bala Komando Pemuda Melayu Singkawang) setuju atas makna REHABILITASI (rehab).

Baca Juga : Proyek Strategis Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat RSUD. Dr.Soedarso selesai 100 %, Penjelasan Kabid Cipta Karya PU PERA Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat.

Keterangan Foto : Gambar Tulisan Cina Di Gapura Singkawang.

Dan sesuai saran dari saya, bahwa Gerbang tersebut jangan dibongkar keselurahan, namun sisakan sayap kiri dan kanan yang ada ornamen bercorak budaya, dan ditambah menara tunjuk langit atau Mercusuar disamping Sayap-sayapnya.

Itu saran yg kita sampaikan.

Karena memang bagian tengahnya atau tepat di atas jalan raya tersebut sepertinya memang layak untuk dibongkar, karena :

faktor usia bangunan yang sewaktu-waktu bisa roboh dan mengakibatkan musibah bagi pengguna jalan tersebut.
Selain itu juga nilai estetikanya pun sudah tidak sesuai jaman utk bentuk gerbang yang tepat diatas jalan raya seperti yang ada sekarang.

Ibarat:
Menarik Benang Dalam Tepung..

Benai terurai, tepungnya tidak beserakan..

Jadi bukan hanya kontra, tapi kita juga realistis. Yg betul kita betulkan, yang keliru kita sanggah.

Ibarat pepatah diatas, seyogyanya kita juga tidak bisa menghindari perkembangan jaman, inovasi dan modernisasi, namun apa yang telah ada juga tetap kita pelihara dan jaga, ya itu contohnya lewat kegiatan Rehabilitasi atau dipugar tanpa menghilangkan kajian dan nilai sejarahnya, sehingga makna – makna yang terkandung dalam monumen – monumen atau ornamen – ornamen yang ada salah satunya seperti Gerbang Kota Singkawang tersebut tetap ada, dan tidak hilang.

Ini penting karena menyangkut sejarah dan peradaban, jika saja situs – situs peradaban tersebut tidak kita jaga atau dihilangkan maka hilang pulalah sejarah masa lampau dan tidak akan diketahui generasi mendatang.

Sekali lagi jika kegiatannya REHABILITASI maka hal itu kita dukung, namun jika maknanya adalah merobohkan atau menghilangkan maka itu yg tidak kita terima.

Jadi kita persilahkan kepada Pemkot Singkawang untuk melakukan Rehabilitasi atau mengganti, membongkar bagian2 yang rusak, dan membahayakan bagi pengguna jalan.

Dan mempercantik ornamen – ornamen relief replika peradaban masa lalu Kota Singkawang.

Silakan dibuat cantik, bagus tanpa menghilangkan nilai Estetika Peradaban dan Sejarah yang ada.

Ini untuk warisan sejarah kepada anak cucu kita.

[ S Delvin SH ]

error: Content is protected !!